Untuk mengabadikan momen yang tak boleh dilewatkan ini, Universitas Tidar merayakan hari jadinya dengan rangkaian-rangkaian acara yang beragam. Dimulai dari lomba-lomba berbau olahraga hingga mengarah ke aspek kesenian. Antusias para mahasiswa pun tidak boleh diremehkan, mereka bersemangat memenangkan dari setiap lomba yang diadakan. Setiap fakultas mengirimkan mahasiswa nya untuk mengharumkan nama prodi.

Kebetulan, kemarin ada lomba menyanyi yang diadakan di Auditorium Universitas Tidar. Acara tersebut menyita perhatian setiap mahasiswa. Mereka berbondong-bondong datang ke Auditorium dan ikut meramaikan acara. Aku termasuk salah satunya. Suasana di dalam cukup meriah mengingat ini hanya lomba menyanyi, bukan one full set band. Juri yang menilai juga cukup berkompeten dalam bidangnya.
Tidak hanya dibuka bagi mahasiswa saja, ternyata karyawan juga boleh meramaikan acara tersebut lho! Ketika aku ikut mendengarkan suara dari peserta lomba, kadang aku merasa terhipnotis karena suara nya yang magical. Tidak sedikit juga yang membuat telingaku sedikit terganggu hahaha. Tapi, justru itu kesan yang terus menempel di pikiran. Segala sesuatu jika terasa flat pasti akan mudah dilupakan.

Yang penasaran dengan suasana yang ada di dalam Auditorium, aku kasih semacam dokumentasinya supaya kalian terbayang dengan konsep acara tersebut.


Dari foto diatas dapat diketahui bahwa acara tersebut menuai antusias yang lumayan. Meskipun ada beberapa bangku yang kosong karena lomba ini dimulai dari pagi hari hingga sore hari. Jadi, menurutku wajar jika tidak ada yang menontonnya sampai selesai. Begitu pula denganku yang memotong rangkaian acara karena diharuskan mengikuti kegiatan kelas. Perlu di ingat, ini hanya salah satu dari bermacam-macam acara yang diselenggarakan oleh pihak kampus.

Kalau menurutku, konsep acara ini ingin terlihat aman. Semoga di Dies Natalis selanjutnya, Universitas Tidar dapat lebih berani lagi untuk exploring konsep acara agar para penontonnya tidak mudah jenuh.



Siapa sangka yang dulu ditinggalkan, kini menjadi idaman para kawula muda. Julukan tersebut cocok untuk menggambarkan keadaan Twitter sekarang. Platform ini sempat populer pada tahun 2012-2015 silam. Akun yang sempat menjadi patokan kualitas dari sebuah Tweet ada @poconggg, @vicentt22, dan @radityadika. Mereka adalah pengisi kekosongan timeline Twitter. Tetapi dengan munculnya Instagram, eksistensi sosial media ini sudah menurun dan bahkan dapat dibilang sepi. 

Kemudian pada akhir 2018, Twitter mulai menarik perhatian warganet lagi. Dengan tampilan yang begitu fresh, mekanisme yang baru, serta fitur-fitur yang diubah menjadi lebih mudah dimengerti. Kebetulan aku mempunyai akun Twitter sejak Oktober 2012. Aku paham betul mengenai Twitter dan perbedaannya memang sangat signifikan dibanding dengan versi Twitter yang sekarang. Major Update yang dilakukan oleh Twitter memang sangatlah tepat. Akhirnya banyak kawula muda berbondong-bondong untuk membuat akun Twitter dan mencoba sosial media yang satu ini.

Tidak berenti sampai disini, deretan akun-akun yang dianggap menjadi kiblat para pengguna Twitter pun sudah berbeda. Dikarenakan ketiga akun diatas sudah tidak aktif lagi. Sekarang muncul yang namanya @seterahdeh, @catsedih, @hipstermaid, @membuahi, @aldapstsr, dan masih banyak lagi. Bahkan aktor tampan Jefri Nichol (@jefrinichol) juga ikut meramaikan Twitter.






Mengapa aku sematkan kata "the creative platform" di judul? Ya karena sejauh ini pengguna Twitter lebih bisa membuka pikiran mereka dalam menghadapi sesuatu, menghasilkan karya, no toxic, dan kalem. Kita dapat menemukan beragam info terbaru entah itu mengarah ke politik, budaya, trending, berita luar negeri, dan semacamnya hanya dengan satu platform. Banyak orang yang hanya dari akun Twitter sukses membuat karya seperti Novel. Mungkin untuk saat ini hanya Twitter lah yang merupakan platform sosial media yang paling sehat. Interaksi yang diterapkan pun cenderung lebih interaktif dibandingkan dengan platform lain. So far so good!